Senin, 24 Mei 2010

PERSAUDARAAN SEJATI

Persaudaraan sejati di antara umat manusia tidak selayaknya dikaitkan dengan agama masing2. Setiap manusia memiliki kodrat transenden yang memang sudah dilekatkanNya sesuai dengan citraNya. Setiap manusia memiliki kodrat kemuliaan yang sama,berawal dan berakhir pada titik yang satu dan sama.Semua perbedaan yang kasat mata bagi kita, sepertinya tidaklah tampak demikian dihadapanNya.

Oleh karena itulah segala bentuk perbuatan diskriminatif yang disebabkan oleh perbedaan2 yang kasat mata bagi kita dikatakan tidak sesuai dengan kehendak dan rancanganNya.

Mau tidak mau - suka tidak suka,kalau kita renungkan dan jujur terhadap diri kita sendiri apakah kita sudah sanggup mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sudah bebas dari diskriminasi tsb,baik perbuatan yang kita lakukan maupun yang kita terima? Saya sendiri bisa menjawab bahwa saya belum bebas dari diskriminasi tsb yang berarti saya masih belum mampu hidup sesuai rancanganNya atas perbedaan2 yang ada ini.

Apakah ketidakmampuan ini akan menjadi “masalah”? Ya…..jelas akan menjadi masalah,karena jelas juga bahwa hal ini akan menjadi salah satu batu sandungan bagi kita yang mengarahkan kehidupan ini pada kesempurnaan hidup sebagai kristiani yang dikehendaki oleh Kristus,Tuhan kita.

Tantangan untuk hidup dalam persaudaraan sejati dengan semua orang memang bukan hal mudah,bahkan ini adalah tantangan yang sangat berat untuk diatasi. Jangankan dengan orang2 yang beragama lain, hidup dalam persaudaraan dengan sesama pengikut Kristus yang berbeda gereja/denominasi lain saja sulit untuk kita jalani dengan tulus hati.

Berbicara tentang persaudaraan dengan sesama pengikut Kristus tidak bisa kita lepaskan dari konteks ekumene. Disini kita sebaiknya lebih berhati-hati dalam merenungkan apa yang tersirat dari ekumene tsb dalam arti ajaran dan juga ekumene spiritual - dalam Satu Roh, serta kompetensi dari para pesertanya.

Namun,apapun juga bentuk dan arah ekumene ini, ada hal-hal yang tidak boleh diabaikan oleh umat Katolik awam - seperti saya sendiri – antara lain bahwa hati nurani i.e charity tetaplah dinomorsatukan, sedapat mungkin harus kita hindari segala perkataan yang “menyakitkan” yang pada akhirnya malah menutup pintu persaudaraan ini.

Selain hal2 diatas,jangan diabaikan juga bahwa tugas utama kita - umat Katolik awam – adalah membentuk dan mengarahkan diri kita sendiri kepada kesempurnaan hidup kristiani, melalui pembentukan hati (heart) dengan hati nurani (conscience) sebagai intisarinya, yang pada akhirnya akan menjadi “saksi nyata” atas kebenaran yang ada di dalam GK.

Tanpa pembentukan dan perubahan di dalam diri kita masing2, segala upaya dan diskusi tentang persaudaraan sejati ini hanyalah akan menjadi impian yang melayang-layang saja, ini kalau saya bersandar pada akal.Kalau Kristus Tuhan berkehendak lain,yang tidak masuk akal kita? Mungkin saja terjadi……tidak ada yang tidak mungkin bagiNya. Namun demikian,adalah merupakan suatu kemungkinan juga kalau Dia sedang menunggu kita untuk melakukan perubahan batin kita masing2 dan dalam proses inilah Roh Kudus akan membimbing dan menguatkan kita.
-----
SUMBER: http://www.pondokrenungan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar